Teriknya mentari tak menyurutkan semangat Mahyunadi untuk bertemu langsung dengan masyarakat. Kendati berpeluh, calon Bupati Kutai Timur (Kutim) itu tetap melangkahkan kaki menyapa para pedagang Pasar Sangatta Selatan.
Teriakan “Nomor 1” saling sahut. Mereka begitu antusias menyambut kedatangan ketua DPRD Kutim 2014-2019 itu. Tak hanya pedagang, masyarakat yang sedang berbelanja pun larut dalam suasana. Satu per satu berebut bertemu Mahyunadi. Mulai dari menyampaikan aspirasi atau sekadar berswafoto.
Masa kampanye, Jumat (2/10/2020) hari ini, dimanfaatkan betul oleh Mahyunadi untuk bertatap muka dengan masyarakat. Dia memilih tidak mengumpulkan massa. Blusukan ke pasar sembari menyerap aspirasi menjadi pilihannya. Tentunya dengan tetap menerapkan standard protokol kesehatan.
Dengan ramah, Mahyunadi yang didampingi sang istri, Hj Masriati, menyapa para pedagang dan pengunjung pasar. Tak sekadar menyapa, pria kelahiran 27 November 1972 itu juga berbelanja kebutuhan sehari-hari. Doa dan harapan pun diberikan kepada adik kandung wakil ketua DPD RI, Mahyudin itu.
“Ya Allah, semoga Pak Mahyunadi memimpin Kutim. Kalau pemimpinnya baik, insya Allah masyarakatnya pasti baik. Semoga Gusti Allah memberikan kekuatan, kesabaran, dan dimudahkan jalannya untuk memimpin Kutim,” kata Surtimah, penjual nasi jagung. Doa itu pun langsung diaminkan Mahyunadi dan rombongan.
Saat bertemu Surtimah itu, Mahyunadi menyempatkan untuk sarapan. Dia dengan lahap menyantap nasi jagung dengan paduan lauk dan peyek. Sembari makan, dia pun dengan seksama menyimak harapan-harapan Surti yang juga mewakili keluhan para pedagang.
Surti merupakan satu dari sekian banyak masyarakat yang menaruh harapan besar kepada pasangan Mahyunadi-Lulu Kinsu. Harapan sama juga disampaikan H Barsani, ketua RT 01 Pasar Raya, Sangatta Selatan. Menurutnya, pasar tersebut harus diatur dengan baik. Saluran drainase pun buruk.
“Kami berharap Pasar Sangatta Selatan dibenahi. Bisa diatur dengan sebaik-sebaiknya. Paritnya buntu. Airnya menggenang. Selain itu, pedagangnya banyak, tapi lapaknya enggak cukup,” kata Barsani.
Untuk perubahan, Mahyunadi yang berpasangan dengan H Lulu Kinsu ini telah menyiapkan program strategis agar Kutim makin maju. Semua dikemas dalam visinya, “Terwujudnya Kabupaten Kutai Timur yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera Berlandaskan Gotong Royong”.
Di sektor ekonomi, Mahyunadi berkomitmen menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat dengan mengembangkan usaha mikro kecil menengah (UMKM), koperasi, agribisnis, dan agroindustri.
Enam implementasinya meliputi: kemudahan kredit modal usaha UMKM dan pengembangan koperasi; bantuan saprodi pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan; peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian, perkebunan,peternakan, dan perikanan; penyerapan tenaga kerja lokal di semua industri (pertambangan, migas,CPO dan turunannya); pengembangan pariwisata dan budaya lokal; serta mengembangkan program desa mandiri dan sejahtera.
“Banyak masukan dari masyarakat saat kunjungan tadi. Insya Allah 2021 langsung kita benahi semua,” kata pria yang memang tumbuh dan besar di Sangatta Selatan itu.
Terkait pembenahan pasar, Mahyunadi memastikan akan melakukan penataan kembali. “Saya sudah cek langsung bangunan pasar. Begitu juga dengan drainase yang buruk. Begitu duduk, langsung kami benahi. Saya berkomitmen untuk memprioritaskan pembenahan Pasar Sangatta Selatan di tahun 2021. Tidak perlu ditunda-tunda lagi,” kata Mahyunadi yang langsung disambut tepuk tangan pedagang dan pengunjung pasar.
Mahyunadi bersama tokoh masyarakat dan tokoh agama meninjau proyek pembangunan Masjid At-Taubat yang tertunda.
(Media Center Mahyunadi-Kinsu)
Tinjau Pembangunan Masjid Mangkrak
Tak sekadar mengunjungi pasar, sebelumnya Mahyunadi salat Subuh di Masjid At-Taubat, Kelurahan Singa Geweh, Kecamatan Sangatta Selatan juga meninjau lokasi pembangunan masjid yang baru. Bersama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama, bapak empat anak itu pun mendatangi lokasi masjid yang mangkrak.
Sembari berjalan kaki, Mahyunadi dan rombongan mendatangi sebuah lahan yang bertutupkan seng biru. Di balik seng itu, dulunya adalah lapangan sepak bola. Namun karena akan dibangun masjid, lapangan sepak bola itu ditutup. Kini, hanya tersisa dua tiang gawang yang berdiri kokoh. Yang satu terbuat dari kayu ulin, satunya lagi dari besi.
Di tengah lahan, tampak pondasi semen. Kerangka besi terlihat menjulang. Mesin penumbuk setinggi lima meteran pun juga masih tegak berdiri. Sayangnya, semak belukar menutupi sebagian pondasi.
“Masjid At-Taubah yang lama mau dibongkar,dan dipindahkan ke lahan ini pada tahun 2018. Saat itu, Pak Mahyunadi yang masih menjabat sebagai ketua DPRD Kutim memperjuangkannya. Anggarannya sekitar Rp 27 miliar. Tapi di tengah jalan mangkrak,” kata ketua RT 32 Kelurahan Singa Geweh, Amran alias Ateng.
Salah satu alasannya, pembebasan lahan belum tuntas. “Jadi, pemerintah merasa dihibahkan. Padahal dari ahli waris tidak. Sebelum akan dibangun masjid, lahan ini adalah lapangan sepak bola,” kata Amran.
Terkait pembangunan masjid tersebut, Mahyunadi juga memastikan bahwa pembangunannya akan dilanjutkan. Bahkan dia merencanakan di lahan tersebut akan dibangun masjid agung yang nantinya akan menjadi kebanggaan dari masyarakat Kutim, khususnya warga Kelurahan Singa Geweh.
“Masjid ini saya anggarkan pada tahun 2018 lalu saat saya masih menjadi ketua DPRD Kutim. Saya tumbuh dan besar di sini (Singa Geweh). Insya Allah kalau diberi kesempatan memimpin Kutim, langsung kami anggarkan di 2021,” tegasnya.