Jika melintas di sekitar jalan raya Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji pasti banyak wisatawan yang heran dengan harga yang dipajang oleh para pedagang apel di pinggir jalan tersebut. Harga yang ditawarkan itu hanya berkisar antara Rp 2 ribu hingga Rp 10 ribu perkilogram.
Ada juga di beberapa kios yang menawarkan dengan harga Rp three ribu untuk three kilogram. Atau Rp 5 ribu per kilogram dan Rp 7 ribu per tiga kilogram. Karena harga yang di bawah standart tersebut membuat wisatawan tergiur untuk membeli buah apel.
Padahal, normalnya per kilogramnya apel dibandrol dengan harga Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.Oleh sebab itu banyak wisatawan yang tidak ingin melewatkan harga yang menggiurkan itu.
Petani Apel Dusun Junggo Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji, Suliyono menjelaskan penurunan harga ini disebabkan melimpahnya jumlah panen apel di kawasan perkebunan apel Desa Tulungrejo. Saat ini banyak petani apel bersamaan panen sehingga membuat stok panen melimpah.
“Resiko ketika panen raya seperti ini akibatnya stoknya banyak. Secara tidak langsung harganya menjadi turun. Apalagi sekarang masih liburan, jadi wisatawan diuntungkan,” ungkap Suliyono, Senin (1/1/2018)
Diketahui melimpahnya buah apel di pohon ini karena faktor cuaca yang mendukung atau bagus. Seperti hujan dan angin saat ini membuat bunga apel tumbuh cukup bagus.
Ia menambahkan di lahannya sendiri dari 180 pohon yang ada, ia bisa memanen sebanyak 3 ton buah apel. Padahal sebelumnya hasil panen hanya mencapai 1,5 ton.”Untuk saat ini memang lagi lebat-lebatnya. Sebelumnya aja panen gak sampai separonya,” tambahnya.
Hanya saja, meski ada kenaikan dalam jumlah produksi, namun ternyata tak membuat kondisi ekonomi petani apel membaik. Sebab, naiknya jumlah produksi apel tidak diimbangi dengan harga yang bagus.
“Sebagai petani kita tidak bisa primary harga. Yang major harga ya para tengkulak. Jadi semelimpah apapun panen apel untung di petani ya gak banyak, ongkos produksi juga tetap,” tutupnya.