1. Pendahuluan
Jagung merupakan komoditi pertanian penting di Indonesia. Jagung adalah komoditi sereal kedua yang ditanam di Indonesia setelah padi, dan produksinya menduduki posisi keenam di dunia. Luas tanam jagung di Indonesia juga mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir (2013-2018) Hampir seluruh daerah di Indonesia terdapat penanaman jagung, tetapi sentra penanaman jagung terutama terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara.
Data Kementerian Pertanian (2019) menunjukkan bahwa pada tahun 2013, luas tanam jagung secara nasional mencapai 3,82 juta hektar dan meningkat sebesar 5,53 juta hektar pada tahun 2017 atau meningkat sebesar 45,14%. Peningkatan luas tanam tersebut juga diikuti dengan meningkatnya produksi jagung secara nasional. Pada tahun 2013, produksi mencapai 18,51 juta ton dan meningkat hingga mencapai 28,92 juta ton pada tahun 2017 atau meningkat sebesar 56,24%. Peningkatan tersebut turut mendongkrak produktivitas jagung secara nasional. Rata-rata peningkatan produktivitas per tahun sebesar 2,3% dari tahun 2013 hingga tahun 2016, tetapi mengalami sedikit penurunan pada tahun 2017 sebesar 1,5%.
Potensi lahan yang masih luas dan kondisi agroklimatologi yang baik bagi pertanaman jagung di Indonesia, produksi dan produktivitas jagung harusnya dapat ditingkatkan lebih baik lagi (Setiawan & Basri, 2017). Hal ini dimungkinkan karena penanaman jagung di Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun karena hampir seluruh
daerah mendapatkan sinar matahari dan air hujan yang cukup. Benih unggul merupakan syarat utama untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan bermutu (Elias, Copeland, McDonald, & Baalbaki, 2012). Namun, benih unggul tidak dapat menghasilkan produksi yang optimal jika tidak didukung oleh kondisi iklim dan budidaya yang baik pula. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan benih unggul yang berpotensi hasil tinggi dan penerapan budidaya yang komprehensif untuk mencapai produksi yang lebih tinggi (Sonhaji, Surahman, Ilyas, & Giyanto, 2013).
Salah satu teknik budidaya yang dilakukan oleh petani-petani jagung di Cina adalah penggunaan benih unggul potensi hasil tinggi pada tingkat kerapatan tanam yang tinggi. Setiap tahun pemerintah Cina melalui lembaga penelitian jagung seperti Shandong Academy and Agricultural Sciences (SAAS) melepas setidaknya 2-3 varietas jagung baru berpotensi hasil tinggi. Selain itu, untuk menggenjot produksi jagung, maka pemerintah Cina juga menyarankan kepada para petani jagung di Cina untuk meningkatkan populasi tanaman mencapai 99.000 tanaman per hektar (penanaman rapat dengan jarak tanam 13-15 cm) (Lichun, Yongjun, & Shaofeng, 2018).
Penggunaan metode jarak tanam rapat pada budidaya jagung ini diujicobakan kepada petan jagung di Kabupaten Kediri. Penelitian yang dilakukan di Kediri bertujuan untuk memperkenalkan beberapa jagung varietas baru kepada para petani yang merupakan hasil kerjasama peneliti jagung dari Cina dan Indonesia. Selain itu, percobaan ini sekaligus menerapkan pola penanaman jarak tanam rapat untuk meningkatkan populasi dan produktivitas jagung per hektar. Dengan kombinasi penggunaan benih unggul dan budidaya jagung dengan jarak tanam rapat diharapkan mampu meningkatkan produksi dan meningkatkan produktivitas serta efisiensi lahan di Indonesia.
2. Teknik Budidaya Populasi Tinggi
Kombinasi penggunaan benih berkualitas tinggi dan teknologi budidaya yang komprehensif merupakan metode peningkatan produksi jagung yang harus dilakukan di masa mendatang. Petani jagung di Amerika Serikat telah menerapkan metode ini begitupun dengan pemerintah Cina yang telah belajar dan sukses menerapkan metode ini. Budidaya hasil tinggi dengan metode penanaman satu biji per lubang tanam dan jumlah populasi tinggi mmpu mengurangi jumlah benih yang digunakan, meningkatkan efisiensi hasil, dan menghemat biaya pemeliharaan dan pemanenan. Petani jagung umumnya menggunakan 2-3 benih per lubang tanam. Dengan metode lama, maka pemakaian benih akan sangat banyak, biaya penjarangan tanaman meningkat, dan biaya pemeliharaan seperti pupuk dan pengendalian hama penyakit turut meningkat pula.
Penanaman populasi tinggi adalah ukuran utama untuk mencapai hasil tinggi dalam produksi jagung. Dalam budidaya jagung, populasi berada pada kepadatan 99.000 tanaman per hektar, lebih tinggi dibandingkan dengan jumah populasi yang biasanya petani di Indonesia lakukan. Keberhasilan metode ini juga ditentukan oleh pemanfaatan teknologi budidaya yang komprehensif mulai dari pemilihan benih unggul, pemupukan, hingga pemeliharaan tanaman. Kombinasi ini sejalan dengan tren pengembangan produksi jagung dunia.
3. Penggunaan Benih Unggul
Benih unggul yang digunakan merupakan benih yang memiliki kemampuan berproduksi tinggi meski ditanam dengan jarak tanam rapat. Kemampuan akar untuk berkompetisi menyerap nutrisi dari dalam tanah juga turut mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan daun dirancang agar memiliki morfologi daun di atas tongkol lebih pendek dan sempit dibandingkan dengan morfologi daun yang berada di bawah tongkol. Hal ini dimaksudkan agar sinar matahari dapat masuk hingga ke bagian bawah tongkol sehingga daun-daun bawah tidak terhambat dalam proses fotosintesis. Selain itu mencegah dan mengurangi daun yang bersifat parasitic terhadap daun atau organ lainnya. Morfologi daun seperti ini sangat penting dalam mendukung keberhasilan penanaman jagung dengan populasi tinggi (jarak tanam rapat). Dengan struktur morfologi daun seperti itu, maka diharapkan penyerapan CO2juga lebih efisien untuk mendukung proses fotosintesis tanaman.