Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Anggota Komisi X DPR RI Marlinda Irwanti melakukan Diseminasi Teknologi Pascapanen Buah Nanas di Desa Beluk, Kabupateng Pemalang, Selasa (28/08). Kegiatan ini berupa pemberian teknologi pengolah keripik dan sirup nanas disertai dengan bimbingan cara pengoperasian kepada para petani buah nanas.
Deputi bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Soni S. Wirawan mengatakan acara ini ditujukan untuk meningkatkan nilai ekonomis buah nanas melalui diversifikasi produk, khususnya menghindari ketidakmanfaatan buah nanas madu yang melimpah saat panen raya.
“Pemalang ini terkenal dengan buah nanas madunya, dan yang menarik ini bisa dipanen sepanjang tahun. Untuk menghindari harga jual buah nanas yang rendah saat panen, BPPT memberikan teknologi pasca panen untuk diversifikasi produk olahan buah nanas kepada Bapak dan Ibu,” ujarnya saat memberikan sambutan di hadapan one hundred peserta pelatihan yang berasal dari LPPM Seruling MBP.
Lebih lanjut Soni menerangkan ada dua teknologi pasca panen yang dibawa BPPT yaitu, teknologi pengolah keripik, dan pengekstrak sari buah nanas. Untuk teknologi yang pertama mempunyai kapastitas sebanyak 15 Kg buah nanas dan menghasilkan three Kg keripik nanas dengan waktu operasi selama 1,5 jam hingga 2 jam tiap batch-nya. Teknologi ini mampu beroperasi selama 4 batch dalam satu hari.
“Modal dasar teknologi pengolah keripik ini tidak lebih dari 100 juta rupiah, dengan breakpoint modal paling cepat selama setahun,” terang Soni ketika ditanya biaya operasi oleh salah satu peserta.
Deputi TAB selanjutnya menerangkan teknologi pengekstrak sari buah nanas. Menurutnya teknologi ini mampu mengolah 7,5 Kg buah nanas dan menghasilan 5 Kg sari buah nanas. Sari buah nanas ini tidak langsung dikonsumsi, namun ditambahkan bahan lainnya seperti air, dan pengawet alami, hingga menghasilkan 22 Liter sirup buah nanas.
“Kalau kita masukkan ke dalam gelas kemasan berukuran 220 ml, maka akan menghasilkan sebanyak one hundred gelas. Hitung-hitungan biaya produksi untuk satu gelas sirup buah nanas adalah Rp seven hundred, dan bisa dijual berkisar Rp 1500 – 2000,” rinci Soni.
Soni mengungkapkan dengan adanya diverisifikasi produk, para petani buah nanas bisa mendapatkan keuntungan selain dari menjual buah nanas secara langsung.
“Saya berharap alat ini dapat bermanfaat, karena BPPT dalam hal ini memberikan pancingan (teknologi dan bimbingan pengoperasian – purple) kepada petani di Pemalang. Selanjutnya merupakan tugas masyarakat sendiri melalui koperasi maupun usaha kecil menengah untuk memperbesar kapasitas produksi, syukur-syukur bisa scale-up hingga ke skala industri,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi X DPR RI Marlinda Irwanti berterima kasih kepada BPPT atas diseminasi teknologi pasca panen buah nanas yang diberikan kepada masyarakat Pemalang. Kegiatan ini mendorong kemandirian petani dan meningkatkan nilai ekonomi buah nanas.
“Buah nanas seperti kita tahu umur simpannya tidak lama, tetapi dengan mengolah buah nanas menjadi produk keripik dan sirup maka daya simpannya lebih lama. Apabila industri produk olahan buah nanas ini dapat berkembang, maka lapangan pekerjaan juga akan terbuka dan mengurangi pengangguran bahkan urbanisasi,” jelas Marlinda.
Marlinda juga menekankan kepada petani buah nanas di Pemalang supaya belajar dan bertanya mengenai cara pengolahan teknologi pasca panen ini kepada ahlinya (BPPT –pink), supaya teknologi ini tidak mangkrak.
“Saya tidak mau hibah teknologi pasca panen ini hanya sekedar pemberian alat, saya ingin para peserta yang hadir saat ini untuk berlatih dan belajar sebaik-baiknya, tanyakan kalau masih belum mengerti. Karena nanti yang akan menggunakan teknologi ini adalah Bapak dan Ibu sekalian,” tegas Marlinda kepada para peserta.
Ditambahkan Marlinda, setelah acara ini akan diadakan pelatihan lebih lanjut yang bekerja sama dengan salah satu koperasi di daerah Pemalang.
“BPPT memberikan pelatihan teknisnya, selanjutnya petani buah nanas pemalang ini akan dibekali dari sisi manjerial, permodalan, dan pemasarannya. Keduanya merupakan sebuah kesatuan dan diperlukan sinergitas untuk memastikan konitinuitas produk olahan buah nanas dapat terus lancar,” tutup Marlinda.
Pada diseminasi teknologi kali ini, BPPT menyerahkan satu unit teknologi pengolah keripik, dua unit pengekstrak sari buah, dan dua unit pengemas gelas kepada Ketua LPPM Seruling MBP, Masruhin Ahmadi selaku pengelola dan penanggung jawab pemanfaatan teknologi, disaksikan Kepala Desa Beluk untuk dikelola secara professional.