Jagung bukan makan asing bagi masyarakat dikawasan timur Indonesia khususnya dipulau Timor. Tanaman umur pendek penghasil karbohidrat yang bernama ilmiah zea mais ini merupakan makanan pokok masyarakat Timor dan dibudidayakan dengan memanfaatkan curah hujan tahunan.
Persiapan lahan atau kebun dilakukan masyarakat sebelum memasuki musim penghujan. Dahulu masyarakat Timor sering membuka lahan pertanian dengan cara membakar lahan serta berpindah-pindah tempat. Tetapi sekarang praktek tersebut sudah jarang, bahkan hampir tidak dilakukan karena masyarakat mulai paham akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh asap pembakaran lahan serta pengenalan masyarakat terhadap alat pertanian modern seperti traktor. Setelah lahan disiangi, bibitpun disiapkan. Bibit terbaik diperoleh dari hasil panen tahun sebelumnya yang telah diawetkan.
Ketika memasuki musim penghujan, biasanya seluruh anggota keluarga bersama-sama menuju kebun dengan berbekal masakan sederhana racikan mama. Waktu dari subuh hingga petang dihabiskan di kebun untuk menanam jagung. Bahkan ada yang memilih bermalam beberapa hari di rumah kebun. Maka, jangan heran ketika musim tanam tiba, bahkan lanjut ke musim panen, sering sekolah-sekolah khususnya dipedesaan dipulau Timor sepi murid.
Setibanya dikebun, para petani membuat lubang ditanah dengan cara menancapkan kayu bulat berdiameter kira-kira 5 cm yang diruncingkan salah satu bagiannya. Jarak antar lubang 1 meter. Tiap lubang diisi dua atau tiga butir jagung lalu ditutup dengan tanah tanpa perlu dipadatkan agar butir jagung tidak dimakan burung namun tunas muda dapat tetap tumbuh dengan mudah. Pastikan semua lubang terisi dan tidak ada yang terlewatkan. Masyarakat Timor juga mengenal sistim tumpang sari, yaitu menanam tanaman lain berdampingan dengan tanaman jagung. Biasanya berupa tanaman kacang-kacangan. Setelah beberapa minggu, kebun kembali disiangi untuk membersihkan gulma dan rumput liar agar tidak menghalangi pertumbuhan tanaman jagung.
Dalam jangka waktu tiga bulan setelah penanaman, tanaman jagung sudah bisa dipanen. Jagung yang dipanen lalu diawetkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari atau diasapi diatas perapian (tungku). Bila anda berkunjung ke rumah-rumah pedesaan di pulau Timor, biasanya didalam rumah bulat yang dalam bahasa dawan disebut “ume kbubu” , pada bagian atas atau loteng digantung sejumlah jagung yang diawetkan dengan cara diasapi. Pengawetan bahan makanan dengan cara ini telah dilakukan secara turun-temurun dan terbukti ampuh menjaga jagung dari kerusakan serta menjauhkan serangan kutu jagung yang oleh masyarakat setempat disebut fufuk.
Masyarakat Timor memiliki beberapa panganan khas berbahan dasar jagung seperti katemak dan bose. Keduanya berbahan dasar jagung. Perbedaanya, katemak berwujud butir jagung utuh yang dimasak sedangkan bose adalah butir jagung tanpa kulit ari karena telah ditumbuk dengan alu didalam lesung dengan tambahan sedikit air untuk mempermudah proses pengelupasan lapisan kulit ari. Jagung yang telah ditumbuk lalu ditampih. Kulit ari yang terpisah dijadikan makanan ternak. Katemak dan bose biasanya dimasak santan dengan campuran kacang-kacangan dan sayuran seperti labu atau pepaya. Paling nikmat disantap dengan sambal lu’at dan daging se’i bersama keluarga.